Tiba-tiba saja, saya merasa orang paling beruntung di dunia. Ya setidaknya bagi saya sendiri. Mimpi saya satu per satu mulai terwujud. Dan salah satunya adalah mengunjungi sebuah negara tetangga yang masih satu saudara lama dengan Indonesia, yaitu Malaysia. Lebih tepatnya, Malaysia bagian Sabah dan Sarawak.
Dengan Pesawat Air Asia dan dipandu Sarawak Tourism Board, juga beberapa teman dari Blogger Indonesia, kami sudah sangat siap mengexplore keindahan negara tersebut. Banyak bayangan tampak seperti apakah kota-kota itu. Dan cerita dimulai ketika saya mendarat di Kuching International Airport.
Begitu landing di Sarawak Internal Airport, kami sudah ditunggu oleh Aunty Anna, tour guide dari Sarawak yang akan mengurusi kami selama di Sarawak. Perjalanan di Sarawak ini merupakan liburan lanjutan, 4 hari sebelumnya sudah kami habiskan di Kota Kinabalu, Sabah. Karena masih ada 2 hari menuju akhir pekan, kami memutuskan untuk melanjutkan liburan di Sabah, dan gayung bersambut Sarawak Tourism Board siap menemani kami selama disini.
Dari Bandara kami langsung menuju hotel tempat menginap. Imperial Hotel Kuching, letaknya persis di dekat sungai Sarawak, yang mana artinya kami dapat pergi ke Kuching Waterfront hanya dengan berjalan kaki sekitar 3 menit. Dan tanpa basa basi, selesai menyimpan semua barang-barang di kamar, kami segera menuju Kuching Waterfront.
Bermain di Kuching Waterfront
Begini, Waterfront ini kalau di Indonesia sama dengan alun-alun. Selalu ramai dengan pengunjung. Mulai dari anak-anak dengan orang tuanya, hingga anak muda yang menghabiskan waktu bersama.
Cuacanya cerah, ucap saya dalam hati. Untung semesta mendukung kegiatan outdoor kami, jalan-jalan di Waterfront. Saya sih lebih senang memang jalan-jalan, menikmati setiap detil bangunan dan sekitanya, sambil sesekali foto. Waterfront ini adalah bekas kawasan perdagangan. Sekarang berubah fungsi menjadi tempat ruang publik terbuka yang ditata bagus oleh pemerintah.
Kuching Waterfront dibuka pada tahun 1993 dan membentang sepanjang 1,3km. Disini, juga terdapat Jembatan Gantung berbentuk S, dengan dua tiang miring. Jembatan ini berada di atas sungai. Sayang, sepertinya jembatan ini masih belum terbuka. Akhirnya, saya hanya bisa membayangkan betapa menyenangkannya jika mengarungi sungai lewat jembatan itu.
Keberadaan dermaga, juga menambah daya tarik Kuching Waterfront ini. Guna memulai Sunset Tour dengan Sarawak Cruise, dermaga ini tak sepi oleh pengunjung yang ingin menikmati senja ala Kuching.
Sepanjang selatan sungai, terdapat jajaran kafe, toko souvenir khas Kuching, juga kedai makanan. Saya berhenti di salah satu kedai makanan untuk sekadar melepas penat. Memang, menikmati sore dan senja di Kuching Waterfront memang berbeda. Dengan hadirnya gedung bekas Perusahaan Kapal Uap Sarawak dan Museum Cina, suasana tempo dulu sungguh terasa.
Berburu Berbagai Makanan Lezat di Kuching
Masih sekitar Kuching, tepatnya di daerah Siniawan dan Top Spot. Pertama, saya menuju Siniawan Night Market. Lokasinya berada 34km dr Kuching, bisa ditempuh dengan waktu 45menit, jika lancar. Siniawan adalah daerah kecil di Kabupaten Bau. Kental sekali dengan nilai budaya, sejarah dan warisannya. Mungkin pemerintah melihat ini sebagai potensi besar di sektor pariwisata. Maka dari itu, pada 15 Oktober 2010, dibuatlah pasar malam, yang buka di Jum’at, Sabtu dan Minggu. Mulai pukul 5 sore hingga 11 malam waktu setempat.
Jadi begini, saya gambarkan bagaimana keadaan Siniawan Night Market. Terdapat lorong yang tidak terlalu panjang, sekitar 200 meter dengan beberapa rumah toko kayu yang terlihat tua di sebalah kanan-kirinya. Pemandangan langitnya ada lampu-lampu lampion merah yang cantik. Di tengah lorong itu, terdapat meja-meja bundar dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Disini, masing-masing toko mempunyai gerobak atau meja saji di depan yang menyajikan makanan lokal dan khas Tionghoa.
Banyak sekali makanan dan minuman yang disediakan, mulai dari nasi lemang, ayam pansuh, ABC (Ais Batu campur) dan masih banyak lagi. Mereka semua tidak bisa dijelaskan satu per satu. Untuk wisatawan Muslim, wajib waspada karena hanya 3 titik yang menjual makanan halal. Untuk menemukannya, caranya mudah. Tinggal cari saja penjual yang memakai kerudung atau hijab.
Range harga disini tidak sampai saya membuat saya menjual ginjal. Hehe. Hanya dengan RM 1 hingga RM 10, para wisatawan dapat memanjakan lidah disini. Bagi saya, Pasar Malam selalu menarik perhatian. Entah itu dsri segi suasananya atau makanannya, seperti di Siniawan Night Market.
Top Spot, Pusat Seafood di Kuching
Last not least, saya mengunjungi tempat kuliner yang kedua. Yaitu, Top Spot, Pusat Seafood. Karena judulnya ‘seafood’, menu yang dijual disini ya aneka olahan seafood. Berada di Jalan alan Pandungan, 93100 Kuching, Sarawak, Malaysia. Disini banyak sekali stall, jadi wisatawan bisa memilih berbagi menu yang disediakan.
Ada ciri khas tersendiri di berbagai Stallnya. Setelah berpikir lama dan mencari menu mana yang pas untuk disantap, akhirnya saya dan teman-teman memilih memesan makanan di Stall no 25. Kami memesan udang asam manis, ikan kerapu kukus, kerang bambu tumis, Ocien tiram, udang butter, tumis midin dan cumi saus tiram serta sup Haisom.
Meski durasinya yang sangat singkat, perjalanan kali ini tentu sangat berkesan. Bisa mengenal budaya baru, menikmati suasana kota yang berbeda, mencoba berbagai olahan makanan yang tidak biasanya, dan lain sebagainya. Kuching punya caranya sendiri untuk membuat betah para pengunjungnya. Saya akan kembali lagi suatu hari nanti ke Kuching! 😀
2 replies on “Sehari di Sarawak: Bermain di Waterfront dan Berburu Berbagai Makanan Lezat”
Ntar kita kesini lagi ya. Masih belum puas menjelajahi kuching 😍
Yay, tahun depan ya semoga kesampaian 😍
Comments are closed.