Sejak berada di semester empat lalu, saya berencana untuk menambah satu buah kategori tulisan di blog untuk jenis jalan-jalan (Travelling). Misi ini akan mulai saya jalankan ketika berhasil keluar dari sebuah kampus akademi dengan status lulus tentunya. Benar saja, tak lama setelah pengumuman kelulusan, saya bergabung dengan sebuah lembaga sosial masyarakat (LSM) yang aktif berkampanye tentang pelestarian lingkungan. Sudah dapat ditebak, saya akan banyak melakukan perjalanan ke alam liar, pedesaan, area penelitian dan sebagainya untuk menjalankan misi yang sedang digalakkan lembaga tempat saya bekerja.
Tiga hari bergabung dengan LSM SAMPAN (Sahabat Masyarakat Pantai), saya langsung diajak terjun ke lokasi penelitian hutan gambut Kalimantan Barat yang terletak di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya, Kalimantan Barat. Ini adalah perjalanan non-holiday perdana saya yang sangat berkesan. Ditemani kakak-kakak dari Flora Fauna International (FFI), World Resources Institute (WRI), dan Wetlands International Indonesia, perjalanan dimulai dari Hotel Gardenia, Pontianak.

Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut

Jalan-jalan tidak melulu mendatangi destinasi wisata, perjalanan pekerjaan sosial seperti saya ini mungkin patut anda coba jika memang anda seorang blogger yang gemar berjalan-jalan. Menempuh setengah jam perjalanan dari titik start, kami mulai memasuki kawasan desa yang jalannya cukup asyik jika dilewati menggunakan kendaraan roda dua, jalan yang tidak rata, agak berdebu dan cukup curam dikarenakan tanah gambut membuat perjalanan kami mulai tertantang. Tempat pertama yang kami datangi adalah areal lahan gambut yang telah disulap menjadi perkebunan sawit. Menurut beberapa pakar yang datang bersama kami, kondisi ini tidaklah baik, karena dapat menaikan emisi dari gambut itu sendiri. Selain itu, perusaan terkait juga harus memperhatikan kedalaman gambut yang ada apakah layak ditanami tumbuhan kelapa sawit diatasnya atau tidak.

Baca Juga: Semirah Putih Merambang, Air Terjun 7 Tingkat yang Mempesona

Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut
Mas Dippa, dari Weatlands sedang menjelaskan kedalam gambut yang diukur secara manual.
Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut
Kakak-kakak dari WRI sedang memperhatikan penjelasan mas Dippa.

Cukup puas melihat area perkebunan sawit yang ada, kami bergegas bergerak ke tujuan utama, yaitu area hutan gambut yang telah ditelili oleh mahasiswa kehutanan yang ada di Pontianak. Sebelum masuk ke hutan lebih jauh, Ibu Dwi perwakilan dari para peneliti hutan gambut tersebut memberikan sedikit pencerahan kepada kami terkait gambut yang sedang diteliti. Menurut beliau, ada cuku banyak alat yang digunakan untuk menenilita lahan gambut yang ada di dalam hutan, beberapa masik berfungsi dengan baik, beberapa rusak dan hilang akibat masa penelitian yang sudah cukup lama.

Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut
Ibu Dwi memberikan arahan sebelum masuk area penelitian.

Berjalan sekitar 15 menit menerobos hutan, akhirnya kami masuk di kawasan penelitian. Disini benar-benar masih asri, semua isi hutan masih terjaga dengan alami, bahkan hewan-hewan seperti monyet berkeliaran dengan bebas di atas kepala kami. Beberapa alat penelitian mulai tampat dimata, menurut penjelasan Ibu Dwi alat-alat ini ada yang dibuat sendiri yang tentunya sesuai standar penelitian, ada juga yang dikirim langsung dari luar negeri. Menurut beliau harga dari alat-alat ini sangat mahal, untunglah dalam penelitian ini mereka mendapat bantuan dari sponsor, sehingga tidak perlu merogoh saku terlalu dalam untuk membeli alat, tuturnya.

HOBO Data Logging Rain Gauge
HOBO Data Logging Rain Gauge – Alat termahal dalam study gambut ini.
Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut
Steam Flow – Alat penelitian yang dibuat sendiri.
Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut
Through flow – Alat untuk mengukur curah hujan langsung.
Jalan-jalan Ke Pusat Penelitian Hutan Gambut
Salah satu peneliti yang sedang mengecek alat untuk mengukur tinggi air lahan gambut.

Nah inilah cerita perjalanan pertama saya yang melelahkan tapi sangat berkesan. Untuk mendapatkan perjalanan berkesan tidak melulu mendatangi destinasi wisata saja, masuk ke hutan saja akan sangat berkesan jika anda memang ingin mengesani-nya. hehe.

9 replies on “Hutan Gambut Kalimantan Barat Ternyata Sudah Tidak Asri Lagi”

  • October 9, 2014 at 2:04 pm

    Wah, mantap nih aktifitasnya Mas.
    Bergabung dengan lembaga sosial yang bergiat dalam pelestarian alam, mengingat alam kita yang kini kian merisaukan, sungguh patus saya acungi jempol.
    Lanjut dengan kegiatan positif ini Mas. Tetap sharing juga di blognya ya.

    Salam blogger dari saya di Sukabumi,

    • October 13, 2014 at 2:29 am

      Hehe, iya makasih mas. Sukses juga buat mas. Terimakasih sudah berkunjung 😀

  • October 2, 2014 at 4:02 pm

    Koreksi Bro, WRI tuh singkatan dari World Resources Institute, Kau ni mentang mentang lagi Falling In Love dengan akak yang women tuh lalu berubah pula kepanjangan WRI tu… Hahahaha

  • October 1, 2014 at 9:21 pm

    Alat-alat itu bikin sendiri? wih keren. Aku sih belum pernah ketemu hutan, maklum Surabaya mana ada hutan 😀

    • October 2, 2014 at 4:19 am

      Hehe iya om bikin sendiri.

      Itu bukan penelitian kami sih om, punya orang sekedar ngeliat lahan sambil belajar aja.

  • September 30, 2014 at 5:44 am

    Saya jadi ingat adek sepupu yang kuliah di Instiper dan ikut 3 bulan ditengah-tengah hutan di Kalteng dan Kalsel 😀
    Dimanapun tempatnya ternyata tetap indah dan menyenangkan ya

    • September 30, 2014 at 6:47 am

      Hihi, bener kak. Ini juga tim kali mau mengadakan study gambut, sekitar 2 mingguan mungkin akan menginap di dalam hutan.
      Karena saya org baru, jadi belum mendapat tugas yg seperti ini 😀

  • September 30, 2014 at 4:14 am

    Saya suka jalan-jalan di dalam hutan. Karena air terjun yang saya kunjungi kebanyakan ada di dalam hutan, hehehe. Tapi saya belum pernah ke hutan gambut. Mungkin karena di Jawa sini tidak ada hutan gambut. Penasaran juga, seperti apa wujud aslinya hutan gambut di Kalimantan. Ah, semoga saja kalau suatu saat nanti saya singgah ke sana, itu hutan gambut belum berubah jadi ladang sawit…

    • September 30, 2014 at 6:45 am

      Gambut itu kalo diinjak kaki kita ikut tenggelam ke bawah mas, ada istilah yg namanya subsiden, kondisi dimana lahan gambut mengalami penurunan, kemarin sempat ngeliat rumah yg berdiri diatas gambut, pondasinya makin tahun makin tinggi mas 😀

Comments are closed.